Back

Berita Harga USD/INR: Rupee India Incar 76,00 di Terendah 18-Bulan di Tengah Kekhawatiran Omicron, Inflasi

  • USD/INR mencatat tren naik delapan hari, tetap lebih kuat di sekitar level-level Juni 2020.
  • Inflasi ritel India meleset dari ekspektasi di November tetapi analis tetap berharap tekanan harga meningkat.
  • Kekhawatiran Omicron meningkat, ADB memangkas perkiraan pertumbuhan negara berkembang Asia.
  • Inflasi WPI India, katalis risiko menjelang FOMC Rabu.

USD/INR berada dalam penawaran beli 75,87 pada Selasa pagi di Eropa, menyusul kenaikan ke tertinggi multi-hari pada hari sebelumnya.

Pasangan rupee India (INR) naik untuk hari kedelapan berturut-turut pada saat berita ini dimuat karena kekhawatiran pasar mendukung permintaan safe-haven dolar AS. Menambah bias bullish adalah obrolan di seputar kemungkinan lonjakan inflasi India mendorong Reserve Bank of India (RBI) menuju tindakan lebih cepat setelah status quo terbarunya.

Sentimen risk-off mengambil petunjuk dari kekhawatiran dicabutnya kebijakan easy money menjelang pertemuan bank sentral utama. Pada baris yang sama adalah kesengsaraan di seputar varian COVID-19 yang terkait dengan Afrika Selatan, dijuluki sebagai Omicron.

Menyusul kematian terkait Omicron pertama di Inggris dan kembalinya mandat masker di California, negara bagian terbesar di Australia, dari segi populasi, New South Wales (NSW) melaporkan jumlah infeksi virus harian tertinggi dalam lebih dari dua bulan. Kesengsaraan virus mendorong para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara-negara Group of Seven (G7) untuk menjanjikan lebih banyak upaya untuk memerangi pandemi. Selain itu, Asian Development Bank (ADB) memangkas perkiraan pertumbuhan untuk negara berkembang Asia karena alasan yang sama.

“ADB memangkas perkiraan pertumbuhan 2021 untuk India menjadi 9,7% dari perkiraan 10,0% yang dibuat pada September, tetapi membiarkan perkiraan pertumbuhan 2022 tidak berubah di 7,5%,” kata Reuters.

Di dalam negeri, inflasi ritel melonjak ke 4,91% di November dibandingkan perkiraan 5,10% dan 4,48% sebelumnya. Namun, analis dari Goldman Sachs, Morgan Stanley dan Barclays mengisyaratkan penguatan tekanan harga, yang pada gilirannya akan mendorong RBI menuju kenaikan suku bunga.

Sebaliknya, kemajuan stimulus AS dan infeksi covid harian terendah di India sejak 01 Mei, menurut data resmi, membatasi kenaikan USD/INR.

Di tengah permainan ini, imbal hasil obligasi Pemerintah AS 10-tahun jungkat-jungkit di sekitar 1,42% sedangkan S&P 500 Futures naik 0,15%. Selanjutnya, saham-saham di Jepang, Australia, Selandia Baru dan Tiongkok diperdagangkan bervariasi pada saat berita ini dimuat.

Pedagang USD/INR akan memperhatikan rilis Inflasi WPI India untuk November, diperkirakan 11,9% dibandingkan 12,54%, diikuti oleh Indeks Harga Produsen (IHP) AS untuk November untuk mencari petunjuk intraday. Namun, informasi terbaru virus dan kecemasan sebelum The Fed akan menjadi katalis penting yang perlu diperhatikan dalam mencari arah yang lebih jelas.

Analisis teknis

Garis tren miring ke atas dari November 2020 bergabung dengan puncak Juni 2020 di sekitar 76,50-52 akan menantang pembeli USD/INR. Namun, pullback tetap sulit hingga bertahan di atas 75,60.

 

EUR/USD Terbebani oleh Risiko Varian Omicron

EUR/USD terbebani oleh prospek UE menjadi pusat varian baru covid, Omicron. Pada saat penulisan, EUR/USD diperdagangkan di 1,1277 dan di antara terend
अधिक पढ़ें Previous

Pemanfaatan Kapasitas Jepang Oktober Keluar Sebesar 6.2% Mengungguli Harapan 0.7%

Pemanfaatan Kapasitas Jepang Oktober Keluar Sebesar 6.2% Mengungguli Harapan 0.7%
अधिक पढ़ें Next